TanyaJawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi 1. PERTANYAAN DAN JAWABAN PENGANTAR FILSAFAT ILMU DARI SUDUT PANDANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI Disusun oleh = 1. RINI FITRIASARI (1231800007) 2. YULIA KARTIKA SARI (1231800028) Memenuhi Tugas Dosen Pengampu : SIGIT SARDJONO, Dr,M.Ec Tulisan ini bertujuan untuk melihat berbagai persoalan-persoalan yang terjadi dalam membahas fisafat pendidikan Islam. Dalam tulisan ini akan membedah persoalan pendidikan pada aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Persoalan ontologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam terbagi atas tiga persoalan pendidikan ber-Islam yakni mengupayakan pembimbingan, pendidikan dan pembinaan dalam mengenalkan Islam secara keseluruhan kepada peserta didik; pendidikan ber-Iman yakni mengupayakan totalitas ajaran Islam untuk ditanamkan kepada anak melalui keimanan kepada Allah swt dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari’ah; dan pendidikan ber-Ihsan yakni menanamkan keyakinan suasana hati dan perilaku peserta didik untuk senantiasa merasa dekat dengan Tuhan sehingga tindakannya sesuai dengan aturan Allah swt. Persoalan epistemologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam adalah proses pendidikan dalam tataran sistem pendidikan Islam, yang ruang lingkupnya adalah tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, sarana pendidikan Islam, alat pendidikan Islam, dan pendekatan pendidikan Islam. Persoalan aksiologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam menyangkut nilai-nilai tentang pendidikan Islam itu sendiri dengan maksud menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia, menjaga dan membina di dalam kepribadiannya baik yang bersifat spiritual maupun yang berwujud yang terbagi atas dua nilai utama yaitu nilai Ilahiyah dan nilai Insaniyah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Copyright © 2020 Pada Penulis DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 179 Persoalan-Persoalan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam Dodi Ilham Institut Agama Islam Negeri IAIN Palopo gourmonde2010 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk melihat berbagai persoalan-persoalan yang terjadi dalam membahas fisafat pendidikan Islam. Dalam tulisan ini akan membedah persoalan pendidikan pada aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Persoalan ontologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam terbagi atas tiga persoalan pendidikan ber-Islam yakni mengupayakan pembimbingan, pendidikan dan pembinaan dalam mengenalkan Islam secara keseluruhan kepada peserta didik; pendidikan ber-Iman yakni mengupayakan totalitas ajaran Islam untuk ditanamkan kepada anak melalui keimanan kepada Allah swt dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari’ah; dan pendidikan ber-Ihsan yakni menanamkan keyakinan suasana hati dan perilaku peserta didik untuk senantiasa merasa dekat dengan Tuhan sehingga tindakannya sesuai dengan aturan Allah swt. Persoalan epistemologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam adalah proses pendidikan dalam tataran sistem pendidikan Islam, yang ruang lingkupnya adalah tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, sarana pendidikan Islam, alat pendidikan Islam, dan pendekatan pendidikan Islam. Persoalan aksiologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam menyangkut nilai-nilai tentang pendidikan Islam itu sendiri dengan maksud menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia, menjaga dan membina di dalam kepribadiannya baik yang bersifat spiritual maupun yang berwujud yang terbagi atas dua nilai utama yaitu nilai Ilahiyah dan nilai Insaniyah. Kata Kunci persoalan pendidikan, filsafat, pendidikan Islam.. Pendahuluan Filsafat sebagai mater scientarum induk segala pengetahuan sejak masa peradaban Yunani kuno hingga hari ini telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan sering dengan peradaban manusia. Filsafat menawarkan cara atau metode dalam mengkaji “sesuatu” Rofiq, Jurnal Studi Keislaman, yang bersifat abstrak dan tidak dipahami atau merasiokan persoalan-persoalan untuk dapat diterima oleh akal manusia. Islam sebagai agama peradaban, juga bersentuhan dengan filsafat. Masa kejayaan Islam yang ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir muslim dalam melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan agama, humaniora dan eksakta melalui gerakan penelitian, penerjemahan dan penulisan karya ilmiah di berbagai bidang keilmuan, dan gerakan karya nyata mereka di bidang peradaban artefak Mugiono, Jurnal Ilmu Agama. Vol. 9, No. 2, Mei 2020 ISSN 2302-1330 180 Melalui gerakan pemikiran Islam, berkembang disiplin ilmu-ilmu agama atau ilmu-ilmu keislaman, seperti ilmu al-Qur’an, ilmu qira’at, ilmu Hadis, ilmu kalam/teologi, ilmu fiqh, ilmu tarikh, ilmu bahasa dan sastra. Di samping itu berkembang juga ilmu-ilmu sosial dan eksakta, seperti filsafat, logika, metafisika, bahasa, sejarah, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu eksakta melahirkan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang peradaban umat Islam. Persinggungan filsafat dan Islam melahirkan suatu cabang ilmu baru yang dikenal dengan istilah Filsafat Pendidikan Islam. Omar Mohamad al-Toumy al-Syaibany sebagaimana dikutip oleh Rahmat Hidayat dan Henny Syafriana Nasution, menyatakan bahwa filsafat pendidikan Islam tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Selanjutnya, Zuhairini juga menjelaskan menjelaskan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam Rahmat dan Henny, 2016 1. Istilah “persoalan” hampir identik dengan “masalah”, namun bila ditelisik lebih jauh berdasarkan term, maka terdapat perbedaan antara keduanya. Persoalan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “soal” yang mendapat awal per dan akhiran an, yang berarti apa yang menuntut jawaban dan sebagainya. Sedangkan masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan dipecahkan. Persoalan adalah awal dari permasalahan yang menuntut jawaban, sedangkan masalah adalah persoalan bentuk akhir persoalan yang menuntut penyelesaian. Persoalan menuntut jawaban, yang dalam tataran individu jawaban dapat berdasar pada perspektif masing-masing. Jawaban tidak selamanya mampu memuaskan para pihak yang menghadapi persoalan yang sama. Namun, ketika persoalan tersebut menjadi sebuah masalah maka, ia menuntut kerjasama dalam penyelesaiannya. Masalah harus mampu memuaskan kedua belah pihak agar kesenjangan dapat diminimalisir antara harapan dan kenyataan dan diharapkan mampu bersinergi atau bermuara pada solusi. Kaitannya dengan filsafat pendidikan Islam, Jalauddin Said menurut Rahmat Hidayat dan Henny Syafriana Nasution menyatakan bahwa kajian filsafat pendidikan Islam beranjak dari kajian falsafat pendidikan yang termuat dalam al-Qur’an dan Hadis yang telah diterapkan oleh Nabi Muhammad swt., baik selama periode Makkah maupun selama periode Madinah. Falsafat Pendidikan Islam yang lahir bersamaan dengan turunnya wahyu pertama itu telah meletakkan dasar kajian kokoh, mendasar, menyeluruh serta terarah ke suatu tujuan yang jelas, yaitu sesuai dengan tujuan ajaran Islam itu sendiri Rahmat dan Henny, 2016 17. Jalaluddin Said juga menyatakan bahwa secara makro, apa yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan manusia merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Secara mikro yang menjadi objek Copyright © 2020 Pada Penulis DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 181 pemikiran atau ruang lingkup filsafat pendidikan sebagai berikut Jalaluddin dan Usman, 1994 17. 1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan; 2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan; 3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaaan; 4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan , dan teori pendidikan; 5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara, filsafat pendidikan , dan politik pendidikan; 6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan. Dengan demikian ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan Islam, seperti masalah tujuan pendidikan Islam, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. Secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan atas dasar ajaran Islam. Persoalan-persoalan pendidikan, berarti awal dari permasalahan pendidikan yang menuntut jawaban. Dari hasil bacaan penulis, persoalan pendidikan dalam kajian filsafat Islam, penulis bagi ke dalam tiga kategorisasi persoalan utama, yaitu persoalan pendidikan pada aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Persoalan Ontologi Pendidikan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam Persoalan ontologi merupakan persoalan “ada” atau hakekat, substansi awal dalam filsafat pendidikan Islam. Lazimnya, persoalan ontologi selalu dimulai dengan pertanyaan “apa”, seperti contoh apa itu pendidikan, apa itu filsafat, dan sebagainya. Persoalan ini dianggap penting sebagai pijakan awal untuk mengkaji persoalan-persoalan yang akan muncul berikutnya. Islam sebagai agama yang kita pedomani mempersyaratkan ketauhidan sebagai awal membuka pengetahuan-pengetahuan selanjutnya. Syarat ini diwujudkan dengan dua kalimat syahadat sebagai ikrar kesetiaan dan janji serta pengakuan manusia kepada sang pencipta-Nya atas pengetahuan awal yang dimilikinya. Nurcholis Madjid menurut Purwanto berpendapat makna pokok kalimat syahadat adalah pembebasan dari belenggu kepercayaan, disusul kepercayaan kepada Allah, Tuhan yang sebenarnya, demi keteguhan dan kelestarian kebebasan itu sendiri Purwanto, Jurnal Studi Agama-Agama. Pengetahuan yang dimaksud adalah tiada Tuhan yang mencipta selain Allah Swt, dan Muhammad Saw., sebagai utusan pembawa pengetahuan tersebut ke dunia. Informasi tentang syarat yang diikrarkan oleh manusia kepada pencipta-Nya tersebut membawa ke persoalan pendidikan, tentang bagaimana bentuk setia, janji dan pengakuan manusia, dalam pendidikan Islam. Dalam Islam, kesetian, janji dan pengakuan, diwujudkan dalam tiga hal Vol. 9, No. 2, Mei 2020 ISSN 2302-1330 182 pokok yakni, Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiganya merupakan satu kesatuan pendidikan yang penting, dan mutlak ditanamkan pendidik kepada peserta didik sebagai berikut Pendidikan Ber-Islam Pendidikan ber-Islam merupakan jawaban pertama atas persoalan ontologis dalam Pendidikan Islam. Ber-Islam berarti menyerahkan diri sepenuhnya dan menerima seluruh konsekuensi secara sempurna dalam ajaran Islam. Pendidikan ber-Islam berarti mengupayakan pembimbingan, pendidikan dan pembinaan dalam mengenalkan Islam secara keseluruhan kepada peserta didik. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw      Artinya Ia berkata “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” Al Imam An-Nawawi Abu Zakariya, Hadis Arbain. Ajaran Islam menurut Imam Suprayogo, memperkenalkan konsep keselamatan, kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kebersamaan, saling berkasih sayang, saling memahami dam memaafkan, menghargai, menghormati dan bahkan juga memuliakan. Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang merusak diri sendiri, merusak keluarga, lingkungan, masyarakat, dan bahkan bangsa dan negara. Sebagai bagian dari upaya menjauhkan dari kerusakan itu, Islam mengajarkan dalam mendapatkan rizki agar selektif, yakni hanya mengambil yang baik, yang halal, dan yang tidak merugikan orang atau pihak lain Suprayogo, Pendidikan Ber-Iman Jawaban kedua atas persoalan ontologis adalah pendidikan beriman, yakni mengajarkan peserta didik untuk mempercayai seluruh ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., merupakan pedoman hidup bagi manusia untuk mengabdi kepada Allah swt. Amir Hamzah Lubis menyatakan bahwa salah satu aspek kepribadian manusia adalah unsur spiritual yang sedang mengalami perkembangan, sehingga diperlukan ajaran tentang keimanan agar potensi beriman anak dapat terarah sesuai dengan keimanan yang diajarkan Islam Lubis, 2016 . Az-Zariat/51 56    Terjemahnya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” Departemen Agama RI, 2002 524. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw Copyright © 2020 Pada Penulis DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 183   Artinya Dia berkata “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Iman itu adalah Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Al Imam An-Nawawi Abu Zakariya, “Hadis Arbain”. Pendidikan keimanan menurut Amir Hamzah Lubis mutlak diperlukan agar potensi iman dalam diri anak dapat berkembang sesuai dengan tuntutan ajaran keimanan dalam Islam. Di sini pendidikan keimanan dipahami sebagai upaya mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari’ah sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu. Pada prinsipnya, aspek-aspek tersebut menjadi saling terkait sebagai totalitas ajaran Islam yang harus ditanamkan kepada anak melalui keimanan kepada Allah swt., dan ajaran yang diwahyukan-Nya. Secara khusus di sekolah-sekolah proses pembelajaran seperti itu merupakan pendidikan keagamaan atau pendidikan agama Islam yang isinya diarahkan pada pendidikan al-Quran, Tauhid keimanan, Hadits, Fikih, Tafsir, Kebudayaan Islam dan ajaran hidup Nabi Saw Lubis, 2016 67. Pendidikan Ber-Ihsan Jawaban ketiga atas persoalan ontologis adalah pendidikan ber-Ihsan. Menurut Mamluatul Inayah, dalam memahami makna ihsan dengan pendekatan semantik, ihsan termasuk kata yang ringkas tetapi mengandung pengertian yang luas Jawamii’al kalim ihsan berarti isyarat terhadap pengawasan dan ketaatan yang baik Inayah, 2015 16. Peserta didik yang merasa diawasi atau dijaga Allah maka amalnya akan baik. Ihsan dalam konteks pendidikan berarti menanamkan keyakinan agar suasana hati dan perilaku peserta didik senantiasa merasa dekat dengan Tuhan sehingga tindakannya sesuai dengan aturan Allah. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw     Artinya Ia berkata jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ihsan adalah Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu.” Al Imam An-Nawawi Abu Zakariya, “Hadis Arbain”. Imam al Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Mamluatul Inayah menyatakan bahwa makna Ihsan bermakna muraqabah merasa diawasi oleh Allah, muraqabah adalah pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dan kembalinya beban hati kepadanya. Yakni, kondisi hati yang dihasilkan oleh pengetahuan. Kondisi itu membuahkan berbagai amal perbuatan pada anggota badan dan didalam hati, kemudian tentang pengawas berkaitan dengan amal perbuatannya ada dua cara pandang, pertama, pandangan sebelum amal perbuatan dan kedua, pandangan ketika dilakukan amal perbuatan. Pandangan sebelum amal perbuatan Vol. 9, No. 2, Mei 2020 ISSN 2302-1330 184 hendaknya melihat kepada keinginan dan gerakannya, jika karena Allah hendaknya diteruskan tetapi jika karena nafsu dan mengikuti syetan hendaknya merasa malu kepada Allah dan berhenti melakukannya kemudian mencela diri sendiri karena hasrat dan kecenderungan seperti itu Inayah, 2015 33. Ihsan menurut Muhammad Arif Ihwanto, Anwar Sutoyo, dan Sudarmin sebagai salah satu nilai di dalam pendidikan yang mampu untuk meredam unsur kekerasan dan menumbuhkan kedamaian tidak hanya dalam Islam namun untuk seluruh alam. Hubungan antara nilai, sikap dan perilaku bergantung pada konteks, lebih jauh bahwa nilai-nilai konservatif, keterbukaan, transendensi, dan peningkatan diri tidak dapat sepenuhnya dipahami dan diukur maknanya tanpa mengacu pada sikap dan perilaku yang mengungkapkannya dalam hal ini di kehidupan sehari-hari dan situasi sekolah Ihwanto dkk, 2017 1-10. Persoalan Epistemologi Pendidikan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam Persoalan kedua adalah persoalan epistemologi. Epistemologi merupakan ilmu yang membahas tentang hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan baik itu “bagaimana cara mendapatkan”, “bagaimana alur/seluk beluk”, atau “bagaimana metode” dalam mendapat sebuah ilmu pengetahuan dalam pendidikan. Sekaitan dengan pendidikan Islam, kajian epistemologi menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan Islam. Aktivitas berfikir dalam epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreatifitas keilmuan ke-Islaman dibanding ontologi dan aksiologi. Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub sistem atau unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat, dan pendekatan Hidayat, 2016. Keberadan satu unsur membutuhkan keberadaan unsur yang lain, tanpa keberadaan salah satu di antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga mengalami kegagalan. Ketika kita berbicara dalam tataran sistem pendidikan Islam, maka sub sistem atau ruang lingkupnya adalah tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, sarana pendidikan Islam, alat pendidikan Islam, dan pendekatan pendidikan Islam. Tabel 1. Persoalan Pendidikan Islam dalam Kajian Epistemologi Ranah Kajian Epistemologi Bagaimana tujuan pendidikan Islam? Kurikulum pendidikan Islam Bagaimana kurikulum pendidikan Islam? Bagaimana materi pendidikan Copyright © 2020 Pada Penulis DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 185 Bagaimana metode pendidikan Islam? Pendidik dalam pendidikan Islam Bagaimana pendidik dalam pendidikan Islam? Peserta didik dalam pendidikan Islam Bagaimana peserta didik dalam pendidikan Islam? Sarana dalam pendidikan Islam Bagaimana sarana dalam pendidikan Islam? Alat dalam pendidikan Islam Bagaimana alat dalam pendidikan Islam? Pendekatan pendidikan dalam pendidikan Islam Bagaimana pendekatan dalam pendidikan Islam? Bagian-bagian tersebut melahirkan persoalan-persoalan yang kompleks dan berefek satu dengan yang lain. Dalam mengkaji persoalan-persoalan pendidikan di wilayah epistemologis, menurut Rahmat Hidayat, identitas, karakter dan kemandirian sistem pendidikan Islam tersebut menjadi jelas apabila pola-pola dasar dari Islam itu sendiri yang mengkerangkai bangunan sistem pendidikan Islam Hidayat, 2016 53-54. Persoalan epistemologis pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam tidak cukup dengan jawaban yang strategis sebab secara aktual persoalan epistemologis selalu berkembang menjadi masalah-masalah yang harus segera diselesaikan oleh para intelektual muslim melalui analisis dan metodologi yang tepat. Persoalan epistemologis pendidikan yang menjadi masalah aktual juga mengkondisikan dengan tantangan perubahan zaman di setiap generasi yang salah satunya adalah teknologi informasi. Persoalan Aksiologi Pendidikan dalam Kajian Filsafat Pendidikan Islam Persoalan aksiologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam adalah persoalan akhir yang menyangkut tentang manfaat dan kegunaan dari mempelajari pendidikan Islam itu sendiri. Persoalan aksiologi menyangkut nilai-nilai tentang pendidikan Islam itu sendiri dengan maksud menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia, menjaga dan membina di dalam kepribadiannya baik yang bersifat spiritual maupun yang berwujud Sarjono, 2005. Nilai dalam kaitannya dengan pendidikan Islam terdiri atas dua pendekatan yakni etika dan estetika yang memberikan makna bahwa objek kajian dan rangkaian proses yang dilakukan harus memiliki nilai dan tidak merusak nilai-nilai yang ada, baik nilai kemanusiaan, maupun nilai ketuhanan agama. Pendekatan ini sesungguhnya merupakan alat kontrol yang efektif dalam melihat kebermaknaan dan ketidakbermaknaan atau ideal dan tidak idealnya konsep pendidikan yang ditawarkan bagi umat manusia. Sumber nilai yang berlaku Vol. 9, No. 2, Mei 2020 ISSN 2302-1330 186 dalam pranata sosial kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu Frimayanti, 2017 Nilai Ilahiyah Nilai ilahiyah merupakan nilai yang dititahkan Tuhan melalui para Rasul-Nya yang berbentuk takwa, iman dan adil serta diabadikan dalam wahyu Ilahi. Nilai-nilai Ilahiyah selamanya tidak mengalami perubahan Nilai Ilahiyah mempunyai 2 jalur, yaitu a. Nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al-Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah. Nama-nama itu pada hakikatnya telah menyatu pada potensi dasar manusia yang selanjutnya disebut fitrah; dan b. Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, baik berupa Quraniyah maupun kauniyah. Menurut Tobroni sebagaimana dikutip oleh Indah Husnul Khotimah, nilai-nilai yang akan diajarkan dalam pendidikan Islam dituntut mampu membentuk dasar moral dan etis kehidupan berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan iman. Nilai moral absolut hanya pada Allah Yang Maha Kekal dan tidak terikat pada ruang dan waktu. Allah senatiasa menghendaki hamba-Nya menegakkan keadilan dan kebenaran, kasih sayang, kesucian karena Allah itu Maha Adil, Maha Benar, Maha Pengasih, Penyayang, dan Maha Suci Khotimah, Nilai spiritual keilahian manusia melekat erat pada pendidikan, maka hakikat pendidikan adalah masalah manusia dalam kesejatian dirinya sebagai makhluk Tuhan. Dengan sifat spiritual keilahian, manusia justru mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan pengembangan dirinya sebagai manusia melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikan berhakikat memanusiakan manusia sebagai makhluk Tuhan. Nilai-nilai dan prinsip umum yang kekal extend dalam perspektif Islam adalah wahyu, sesuai dengan salah satu firman Allah Swt. Nilai Insaniyah Nilai Insaniyah tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis. Sedangkan keberlakuan dan kebenarannya relatif nisbi yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai Insaniyah yang kemudian melembaga menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan tata nilai, kenyataan ikatan-ikatan tradisional sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemaparan dan pengkajian penulis terhadap makalah ini, penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut 1. Persoalan ontologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam terbagi atas tiga persoalan pendidikan ber-Islam yakni mengupayakan pembimbingan, pendidikan dan pembinaan dalam mengenalkan Islam secara keseluruhan kepada peserta didik; pendidikan ber-Iman yakni mengupayakan totalitas ajaran Islam untuk ditanamkan Copyright © 2020 Pada Penulis DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 187 kepada anak melalui keimanan kepada Allah swt dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari’ah; dan pendidikan ber-Ihsan yakni menanamkan keyakinan suasana hati dan perilaku peserta didik untuk senantiasa merasa dekat dengan Tuhan sehingga tindakannya sesuai dengan aturan Allah swt. 2. Persoalan epistemologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam adalah proses pendidikan dalam tataran sistem pendidikan Islam, yang ruang lingkupnya adalah tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, sarana pendidikan Islam, alat pendidikan Islam, dan pendekatan pendidikan Islam. 3. Persoalan aksiologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam menyangkut nilai-nilai tentang pendidikan Islam itu sendiri dengan maksud menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia, menjaga dan membina di dalam kepribadiannya baik yang bersifat spiritual maupun yang berwujud yang terbagi atas dua nilai utama yaitu nilai Ilahiyah dan nilai Insaniyah. Referensi Frimayanti, Ade Imelda. 2017. “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam”, Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No. II 2017, download/2128/1612. Al Imam An-Nawawi Abu Zakariya, Hadis Arbain, Rukun Islam, Iman, dan Ihsan, https// Lubis, Amir Hamzah. 2016. “Pendidikan Keimanan dan Pembentukan Kepribadian Muslim”, Jurnal Darul Ilmi Vol. 04, No. 01 Januari 2016, DI/article/download/426/398. Departemen Agama 2002. al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung Darus Sunnah. Suprayogo, Imam. 2010. “Ber-Islam Seharusnya Menjadi Yang Terbaik”, r/161001/ber-islam Khotimah, Indah Husnul. 2015. “Dimensi Aksiologis Pendidikan Islam”, Sabil, Jabbar. 2014. “Masalah Ontologi dalam Kajian Keislaman”, Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 13. No. 2, Februari 2014, 142-159, download/67/62. Jalaludin, dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Cet. I; Jakarta Raja Grafindo Persada. Rofiq, M. Nafiur. 2012. “Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, FALASIFA Jurnal Studi Keislaman, Vol. 9, No. 2, Mei 2020 ISSN 2302-1330 188 Inayah, Mamluatul. 2015. “Konsep Ihsan Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Sachiko Murata dan William C Chittick”, Tesis Program Magister Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, laman diakses tanggal 6 Mei 2020. Ihwanto, Muhammad Arif dkk,. 2017. “Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan bagi Siswa MI NU Salafiyah Kudus”, Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology IJCET 6 1 2017 1 – 10, view/15570, laman diakses tanggal 7 Mei 2020. Mugiono. 2017. “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif Sejarah, Jurnal Ilmu Agama Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama”, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Hidayat, Rahmat dan Henny SN,. 2018. Filsafat Pendidikan Islam; Membangun Konsep Pendidikan Islam, Cet. 1; Medan LPPI. Purwanto. 2007. “Pluralisme Agama dalam Prespektif Nurcholish Madjid”, Religio Jurnal Studi Agama-Agama, article/download/277/223. Hidayat, Rahmat. 2016. “Epistemologi Pendidikan Islam Sistem, Kurikulum, Pembaharuan Dan Upaya Membangun Epistemologi Pendidikan Islam”, Jurnal Almufida Vol. I No. 1 Juli-Desember 2016, laman diakses tanggal 7 Mei 2020. Sarjono. 2005. “Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. ll, No. 2, 2005, 20NILAI-NILAI%20DASAR%20PENDIDIKAN% ... Pendidikan merupakan proses yang lebih besar dari sekedar aktivitas persekolahan. Pendidikan, dengan mengesampingkan perbedaan mazhab dan orientasi, merupakan prose pengembangan sosial yang mengubah individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar hidup bersama realitas zaman dan masyarakatnya Ilham 2020. Dengan kata lain, pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial-kemanusiaan humanisasi kepada makhluk hidup. ...... Memang diakui, bahwa selama ini terdapat kerancuan dalam memahami apa itu filsafat pendidikan Islam dan apa itu ilmu pendidikan Islam. Ketika kita membaca buku-buku filsafat pendidikan, ternyata di dalamnya tidak hanya membicarakan tentang filsafat pendidikan Islam, tetapi juga membahas ilmu pendidikan Islam, bahkan teknik pendidikan Islam, sehingga kapling masing-masing dari disiplin itu belum begitu jelas dan masih kabur Ilham 2020. ...Afifuddin AfifuddinIsmail IshakThis study aims to analyze the philosophical roots of Islamic education, which are focused on four sub-problems, namely 1 the meaning and substance of the philosophy of Islamic education; 2 the ontological; 3 the epistemological; and 4 the axiological principles of Islamic education. This research method is a literature review with a philosophical and pedagogical approach. The findings of the study indicate a close relationship between philosophy and education, namely that philosophical issues are essentially the central themes that are transferred through education and that education is a critical means in the inheritance and socialization of philosophical ideas and values. The ontological principle of Islamic education emphasizes the fundamental aspects of a belief system that revolves around the principles of purposeful creation, comprehensive unity, and solid balance. The epistemological principles of Islamic education talk about the methodological basis in an effort to transfer knowledge to students, which ultimately narrows the dichotomous gap between religious and non-religious sciences. Meanwhile, the axiological aspect of Islamic education emphasizes the actualization of absolute transcendental values and universal values that become the main basis for Islamic education materials and curriculum, which in turn form a complete Muslim person with Islamic character.... Persoalan ontologi selalu dimulai dengan pertanyaan. Ilham Ilham, 2020 mengatakan bahwa persoalan ontology selalu dimulai dengan pertanya "apa" seperti contoh apa itu pendidikan, apa itu filsafat, dan sebagainya. ...... Berdasarkan perspektif ontologi pendidikan moral usia dini merupakan penanaman nilai-nilai moral pada anak berusia nol tahun sampai berusia enam tahun. Persoalan ontology merupakan persoalan ada atau hakekat, yang selalu diawal dengan pertanyaan "apa" Ilham, 2020. Untuk memahami pendidikan moral anak usia dini bisa diawali dengan pertanyaan tentang apa itu moral. ...Harmalis Eko Kuntarto Titin KusayangArtikel ini bertujuan menganalisis konsep pendidikan moral anak usia dini dilihat dari sudut pandang ontologi, epistimologi, dan aksiologi dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Temuan dalam riset ini menunjukkan bahwa berdasarkan sudut pandang ontologi pendidikan moral anak usia dini merupakan upaya pembinaan dan penanaman nilai-nilai susila, akhlak dan budi pekerti yang ditujukan kepada anak usia nol tahun sampai dengan usia enam tahun agar anak memiliki bekal yang akan dilalui sepanjang kehidupannya. Selanjutnya berdasarkan sudut pandang epistimologi bahwa dalam penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini bisa bersumber dari dua unsur, pertama, bersumber dari pendidikan keluarga yakni dengan menggunakan metode bercerita, bermain, berdiskusi dan berkaryawisata. Kemudian unsur yang kedua pendidikan pra sekolah, yakni guru memiliki peranan dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini, dengan menggunakan metode bernyanyi, bersajak, outbond, bermain peran dan lain-lain. Dan berdasarkan sudut pandang aksiologi bahwa etika dan estetika merupakan dua hal yang sangat penting diperhatikan dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak usia dini. Etika hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma kesusilaan dan baik buruknya tingkah laku manusia, sedangkan estetika hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia.... Learning is part of a series of education itself and education is basically not only a transfer of knowledge, but also values. Values in relation to Islamic education consist of two approaches, namely ethics and aesthetics which provide meaning that the object of study and the series of processes carried out must have values and not damage existing values, both human values, and divine values religion Ilham, 2020. Human values insaniyah and divine values ilahiyah are how aligned in a balanced way. ...Muhamad Faizul AmirudinAflatun MuchtarAbdurrahmansyah AbdurrahmansyahThis study aims to explore the attitudes of lecturers in online learning in the environment of the South Sumatra Private Islamic Religious University. The research method used is qualitative with a phenomenological approach. The subject of this study is a lecturer who teaches at the South Sumatra Private Islamic Religious College and the chairman of the PTKIS South Sumatra Forum. Data collection techniques through interviews, observation and documentation. Data analysis uses the model formulated by Creswell, first reading the entire data, second doing coding, third applying the coding process, fourth describing the theme to be presented in the qualitative report, and fifth interpreting the data. Based on the results of the study, it was found that online learning has not been accepted as an ideal learning system because it is considered ineffective to be implemented in the environment of the South Sumatra Private Islamic Religious University. This is caused by several factors, namely, 1 inadequate digital infrastructure and financial capabilities, 2 lecturers' technological competence that has not been maximized, 3 A more emphasized factor is the desire to maintain a face-to-face system to maintain an emotional or inner connection between lecturers and students that is considered better than virtual interaction. Islamic education actually has dynamic principles that open up opportunities to adapt to the development of science and technology. Suppose it relates to curriculum, media or learning tools and methods. Then the solution is to use a blended learning model.... Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pendidikan pada tingkat sistem pendidikan Islam ruang lingkupnya meliputi tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, pendidik, mahasiswa, dan fasilitas pendidikan Islam merupakan masalah epistemologis pendidikan. Dalam kajian filsafat pendidikan Islam, isu aksiologi pendidikan berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri dengan tujuan untuk menguji semua nilai tersebut dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan manusia, menjunjung tinggi dan membina kepribadian masyarakat baik nilai-nilai spiritual maupun material, yaitu nilai ilahiyah dan nilai insaniyah Ilham, 2020. ...Hasan Bakti NasutionMuhammad SanusiFauzi Ahmad SyawaluddinSyahrul BudimanKajian filsafat pendidikan Islam masih sangat jarang terjadi di Indonesia dan hanya ditemukan di lembaga akademik seperti perguruan tinggi. Pada intinya, filosofi pendidikan Islam berfungsi sebagai landasan di mana seseorang dapat membangun pemahaman tentang tingkat di mana pendidikan Islam berkembang dan maju. Kajian filsafat pendidikan Islam seperti yang dipraktikkan saat ini menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan tersebut menyangkut tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam, dualistis pendidikan Islam, yang merupakan isu yang masih dibahas, dan proyeksi pendidikan Islam antara tradisi dan adaptasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat fungsi filsafat pendidikan Islam dalam konteks Pendidikan menggunakan metode penelitian studi literatur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi literatur. Salah satu jenis penelitian yang disebut penelitian perpustakaan dan melibatkan berbagai bahan referensi teks untuk melihat mana yang masih relevan dengan masalah ini. Teknik dokumentasi akan digunakan sebagai metode pengumpulan untuk tugas akhir ini Kesimpulan penelitian ini adalah filsafat pendidikan Islam dalam pendidikan merupakan media yang digunakan dalam cara berpikir dengan mengkaji berbagai topik yang berkaitan dengan pendidikan berbasis Islam. Selama ada filsafat dalam pendidikan Islam, maka akan menjadi landasan dan titik acuan utama untuk menganalisis pendidikan Islam di masa yang akan datang dan beradaptasi di era Revolusi Industri 4.... Term aksiologi diambil dari bahasa Yunani "axios" artinya nilai dan "logos" artinya ilmu Ilham, 2020 Aksiologi juga seringkali disebut sebagai teori nilai the theory of value Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, dalam bahasa Inggris "existence" merupakan bentuk kata benda dan kata kerja "to exist" yang artinya "the state of being….." Eksistensialisme merupkan filsafat yang menganggap segala sesuatunya berpangkal pada eksistensi Adawiah, 2016 Pemahaman secara umum, eksistensi diartikan sebagai keberadaan. Kemudian jika dipahami secara lebih khusus, eksistensi dalam hal ini adalah cara manusia berada di dalam dunia Adawiah, 2016 Namun perlu dipahami bahwa, anggapan keberadaan manusia di dunia tidak sama dengan anggapan benda-benda di dunia. ...Previous literature which focused on studying the philosophical basis of evaluating Islamic education was still not sufficient to provide a comprehensive understanding and tended to concentrate on Western thought. In fact, Islamic literature also has a strong basis to serve as a philosophical basis for evaluating Islamic education. This study aims to understand how the philosophy of existentialism can be used as a basis for thinking in the evaluation of Islamic education. The results of the study found that existentialism views students not as objects, but as dynamic subjects. In this case, the evaluation is not always carried out by the teacher to the students. However, students can also be encouraged to be able to do self-assessment. From the perspective of the Qur'an, the view of existentialism is also explained in the letter Ar-Rum verse 30 concerning human nature. This nature needs to be not passive but dynamic, so humans need to work on this nature so that it always develops into good things.... Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam munuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Secara sosiologis, pendidikan Islam dapat dipahami sebagai upaya mengantarkan peserta didik kepada tatanan masyarakat yang beradab civilized society yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, universalisme, pluralisme, multikulturalisme, egaliteranisme, dan ekologis berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan hadis yang ramah dengan kearifan lokal dan kearifan sosial Ilham 2020. ...Mukarromah MukarromahIslamic education is very important for Muslims themselves because they can learn science dan others. Islamic education always has a role in creating an Islamic society that has dimensions of faith dan sharia which encourage humans as individuals to have freedom dan human rights. It is also inseparable that Islamic education also plays a role as cultural socialization. Regarding the method used in this study, the researcher used a qualitative descriptive method, with a type of literature research. Because this research is a qualitative type dan was conducted in a library, the authors discussed content analysis, namely unitizing, sampling, recording, reducing, abductively inferring, dan narrating. The results of this study are that there are 4 four roles of Islamic education as social culture dissemination, namely; a media for disseminating the values of religious teachings, 2 maintaining religious traditions, 3 forming morals dan personality, dan 4 bastion of national morality. Thus, Islamic education is the right method for changing attitudes dan guiding community members to accept dan initiate social cultural change.... Hal tersebut telah sesuai dengan norma dan ajaran Islam dan bertujuan untuk membentuk manusia yang sempurna insan kamil. Sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan masyarakat digolongkan dalam dua macam yaitu 1 Nilai Ilahiyah, yang meliputi Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas, Tawakal, Syukur dan Sabar; dan 2 Nilai Insaniyah, yang meliputi Silat ar-rahmi, Al-Ukhuwah, Al-Musawah, Al-'Adalah, Husnu aldzan, Al-Tawadlu, Al-Wafa', Insyirah, Al-amanah, Iffah atau Ta'affuf, Qawamiyah, dan al-Munfiqun [24][25][26][27] ...Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap praktik Tanggung Jawab Sosial berdasarkan nilai-nilai Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-etnometodologi dengan unit analisis adalah Pedagang Kaki Lima Muslim. Wawancara mendalam digunakan untuk teknik pengumpulan data. Teknik analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. PKL Muslim melakukan implementasi Triple Bottom Line, seperti keuntungan dari penjualan PKL Muslim menyisihkan sebagian dari keuntungan mereka untuk qurban. Dari segi orang, PKL memberikan makanan sisa dan juga meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan insentif untuk setiap penjualan. Terakhir, dimensi keplanetan tercermin dalam aktivitas membersihkan outlet di sekitarnya dan membuang sampah pada tempatnya, untuk menjaga kelestarian lingkungan. Nilai-nilai Islam seperti ukhuwah dan syukur merupakan internalisasi dalam pelaksanaan SR. Di sisi lain, Spiritual Oriented juga digarisbawahi dalam Implementasi SR.. Implikasi penelitian praktik tanggung jawab sosial ini tampak kecil, tetapi dengan banyaknya PKL, hal-hal kecil ini dapat berdampak sangat besar. Salah satunya adalah PKL yang jumlahnya banyak akan dapat menjaga tanggungjawab sosial dan lingkungannya sehingga keberlangsungan dari Bumi akan semakin baik.. Kata kunci Praktik Social Responsibility; Pedagang Kaki Lima; Pengusaha Muslim; Triple Bottom Line; Spiritual MaftukhahMukh NursikinThe purpose of writing this research is to conducted an in-depth analytical and research study of the epistemology of value education in terms of contemporary Islamic educational philosophy. This study used a type of qualitative research with an approach literature research methods. This article was an attempt from the epistymology of value education in caried out its transformation through contemporary Islamic educational philosophy. Contemporary Islamic educational philosophy showen that with the concept of epistimology, value education can lead to students who were broad-minded, knowledgeable, and independent. In an expression said that an educational renewal can be well directed if it was based on a solid educational philosophical and theoretical Handayani Batu BaraKamaluddin TajibuABSTRAK Peserta didik tumbuh secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Filsafat pendidikan Islam dapat membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik hingga sampai titik kemampuan optimal dan berjalan dengan lancar. Sejalan dengan itu filsafat pendidikan Islam dalam pendidikan karakter memiliki peran dalam penyelesaian persoalan pendidikan yang dalam penerapannya dapat memperbaiki karakter atau akhlak peserta didik sehingga menjadi sarana. Hubungan dengan Tuhan maupun manusia diatur sehingga menumbuhkembangkan dan meningkatkan keimanan kepada Allah Swt, menyalurkan peserta didik dengan bidang yang diminati, meperbaiki dan mencegah kesalahan yang dilakuakn peserta didik. Adapun metode yang digunaka berupa metode kualitatif dan kepustakaan sehingga dalam mencari referensi untuk variable dibutuhkannya buku dan jurnal sebagai sumberi Yusron Maulana El-YunusiCholifatul AzizahSayyid Qutub NabillahIn the view of Islamic Education Philosophy, the curriculum is created on the basis of what is contained in the Al-Qur'an and Hadith which mutually reinforce and strengthen. It is with these guidelines that we as humans obtain enlightenment and instructions to become leaders on earth and live a good life in this world and the hereafter, through a process, namely education primarily in Islamic education. Then, in Islamic education, this cannot be separated from the name of the curriculum, the existence of a curriculum is nothing but the birth of education that is knowledgeable, has character, and has skills. In addition to having an educational curriculum, besides that, there are also certain problems that must be faced, but this can also be used as evaluation material and further developed with good, Apart from support, education always goes smoothly but surely there are obstacles or problems that must be faced. Therefore education must really carried out as well as possible for the sake of creating a generation that is intellectual and behaves politely. So must be conveyed in a mature and relevant scientific Nafiur RofiqAbstrak Filsafat ilmu merupakan cabang ilmu filsafat yang lahir sekitar akhir abad ke-19 atau menjelang abad ke-20. Perkembangan ilmu pengetahuan yang mencapai puncaknya pada abad ke-19 di masa August Comte dan para penerusnya, yang cenderung menjadikan ukuran kebenaran ilmu pada tataran positivistik, menjadikan ilmu pengetahuan semakin terlepas dari asumsi dasar filsafatnya. Hal inilah yang mengilhami lahirnya filsafat ilmu yang pada gilirannya mempunyai posisi yang amat urgen penting dalam ilmu pengetahuan. Urgensi filsafat ilmu dapat dilihat dari peranannya sebagai mitra dialog yang kritis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu juga mencoba memperkenalkan diskursus ilmu pengetahuan secara utuh-integral-integratif. Filsafat ilmu juga menegaskan nilai moral-aksiologis bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi. Pada intinya, filsafat ilmu dapat berdiri di tengah-tengah cabang ilmu pengetahuan sebagai pengontrol dan pengarah bagi penerapannya. Kata Kunci Filsafat Ilmu dan Ilmu Pengetahuan Indah Husnul KhotimahAksiologi merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang nilai what is the value. Nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga, berkualitas, bermakna dan bertujuan bagi kehidupan manusia, individu maupun kelompok. Umumnya, orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk etika, indah atau jelek estetika. Karena itu, nilai mengarahkan tindakan, mendasari perbuatan dan pada gilirannya membentuk preferensi nilai sistem nilai atau nilai. Aksiologis membahas tentang hakikat nilai yang di dalamnya meliputi baik dan buruk, benar dan salah serta tentang cara dan tujuan. Pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri dan kreatif sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan pada seluruh komponen yang terihat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Bahril HidayatPhilosophy of Islamic Education Filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan ajaran Islam lainnya Jabbar SabilSome muslim scholars offer the project of Islamization of Knowledge in order to undertake the development of Islamic studies. However, this offer was rejected by some others on the grounds that it is closely related problem of the ontological foundation of science, which is the basic assumption of the material object. As a result of Islamization science project is considered insignificant by Islamic parties offering Islamization of science. This problem might have been solved by answering the problems on the ontology in Islamic studies in order to obtain a moderate perspective. This paper discuses it by using the philosophical approach of critical rationalism metaphysical realism, and use deductive method to do falsification test. This study found that ontology is the reality of Islamic studies in the form of text 1 the physical reality of the text of the Quran; 2 the metaphysical reality of the Quranic texts. The value of both texts reality applied into the pure science so it is integrated with Islamic studies. Then the findings of pure intellect sciences are accepted as a source of knowledge to understand the text, so that the study of Islamic sciences will be connected to pure Keimanan dan Pembentukan Kepribadian MuslimAmir LubisHamzahLubis, Amir Hamzah. 2016. "Pendidikan Keimanan dan Pembentukan Kepribadian Muslim", Jurnal Darul 'Ilmi Vol. 04, No. 01 Januari 2016, DI/article/download/426/ Seharusnya Menjadi Yang TerbaikImam SuprayogoSuprayogo, Imam. 2010. "Ber-Islam Seharusnya Menjadi Yang Terbaik", r/161001/ber-islam Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Cet. I; Jakarta Raja Grafindo PersadaDan Usman JalaludinSaidJalaludin, dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Cet. I; Jakarta Raja Grafindo Program Magister Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim MalangMamluatul InayahInayah, Mamluatul. 2015. "Konsep Ihsan Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Sachiko Murata dan William C Chittick", Tesis Program Magister Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015, laman diakses tanggal 6 Mei Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan bagi Siswa MI NU Salafiyah KudusIhwanto, Muhammad Arif dkk,. 2017. "Desain Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Ihsan bagi Siswa MI NU Salafiyah Kudus", Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology IJCET 6 1 2017 1 -10, view/15570, laman diakses tanggal 7 Mei Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif SejarahMugionoMugiono. 2017. "Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif Sejarah, Jurnal Ilmu Agama Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama", Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Search Makalah Tentang Covid 19 Terhadap Pendidikan. Pendidikan Terhadap Covid Makalah Tentang 19 . plr.villetteaschiera.perugia.it; Views: 27371: Published: 1.08.2022: Author: manfaat belajar filsafat pendidikan dan ruang ruang lingkup filsafat pendidikan Menurut UU No Latar Belakang Pemerintah Indonesia baru mengonfirmasi kasus pertama . membahastentang filsafat pendidikan Islam, Kerangka Pertanyaan ontologis ~ 21 . 3. mengatasi problematika pendidikan Islam sulit untuk dapat .
Seringkali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ini bersifat filosofis sehingga sulit ditemukan jawabannya, karena pemikiran manusia pada dasarnya juga bersifat terbatas. Filosofi atau sering juga disebut sebagai Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang ingin mencoba memahami keberadaan manusia dan dunia. Manusia dan alam semesta sebenarnya
Kelimakonsep ini disebut juga unsur dasar Pancasila - Pertanyaan Tentang Filsafat Pancasila. Pada garis besarnya seluruh pandangan hidup itu tanpa terkecuali bersumberkan pada salah satu sumber yang paling utama. Seperti contoh pedoman hidup ajaran agama, dan semuanya berpedoman pada agamanya masing-masing seperti islam yang berpedoman pada
SebuahPertanyaan untuk Seni. Seni memiliki 3 definisi. Seni dapat didefinisikan sebagai pembuatan objek-objek, gambar, musik , dll yang menyatakan suatu makna. Seni juga dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas dimana seseorang membuat suatu lukisan,gambar, atau skulptur. Selain itu, seni juga bisa didefinisikan sebagai gambar itu sendiri.
PertanyaanPertanyaan Filsafat. Anak-anak sering mengajukan pertanyaan kepada orang dewasa, ia lontarkan pertanyaan tersebut secara alamiah. Hasrat ingin tahu yang kuat membuat anak-anak cerewet bertanya dan pertanyaannya pun mengandung makna filosofis yang sulit dijawab oleh orang dewasa.
FilsafatPendidikan 2 SKS pada Semua Program Studi Fakultas Ilmu Pendidikan Oleh : karena merupakan pertanyaan tentang fakta-fakta. Pertanyaan-pertanyaan non-filsafati bertalian dengan hal-hal tertentu, khusus, terikat oleh ruang dan waktu, seorang filsuf dalam menjawab masalah-masalah itu menjadikan kita sulit untuk
vINF.
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/247
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/218
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/364
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/217
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/83
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/273
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/110
  • 7xc3lg75n7.pages.dev/368
  • pertanyaan sulit tentang filsafat pendidikan